Hari Bumi dan Istirahatnya Para Traveler

Menanggapi dengan bijak pandemi Covid-19 sebagai seorang traveler

Puji Utami
3 min readApr 23, 2020

Kemarin, 22 April bertepatan dengan hari bumi, di saat bersamaan bumi kita juga sedang mengalami pandemi Covid-19 hampir di seluruh dunia, dampak yang terjadi juga cukup luar biasa, berhasil mengguncang isi dunia, dari ekonomi, pariwisata, dan sektor industri lainnya, banyak orang yang pada akhirnya kehilangan pekerjaan. Saya sendiri takjub dengan dampak yang ada karena pandemi ini, saya pun tengah mengalami kejadian yang sama yaitu kehilangan pekerjaan saya, namun yang saya lakukan saat ini adalah beristirahat.

Kembali refleksi tentang bumi pertiwi, beberapa bulan lalu, masih lekat dalam ingatan saya tentang kualitas udara buruk di kota Jakarta, saya ingat sekali, waktu itu saya mengalami radang karena efek udara kotor di kota metropolitan ini. Keadaan saat ini juga tak kalah seram dengan beberapa bulan lalu, namun ada hal yang berbeda, karena adanya seruan untuk tetap tinggal di dalam rumah, maka perlahan kita bisa menyaksikan kembali indahnya langit biru di kota Jakarta dan kejadian ini tidak hanya di Jakarta, namun di belahan dunia, dimana orang-orang melakukan swakarantina karena anjuran dari pemerintah.

Nasib industri pariwisata

Jelas, pariwisata di dunia mendapatkan tamparan telak dari pandemi ini, beberapa anjuran untuk tidak bepergian demi mengurangi penyebaran virus ini memberikan dampak luar biasa, banyak sekali pelancong/traveler yang pada akhirnya memutuskan untuk melakukan refund dan cancel perjalanan mereka, kemungkinan dibutuhkan waktu selama 2 tahun untuk memulihkan kembali industri pariwisata ini, banyak sekali berita yang bisa kita lihat di luar sana tentang keadaan industri pariwisata karena cukup menjadi sorotan utama saat ini.

Bagaimana cara kita menanggapi hal ini? Sebagai seorang traveler yang bisa dibilang saya juga suka sekali mengunjungi daerah yang ada di Indonesia untuk longboard downhill maupun surfing, saya memandang kejadian luar biasa ini untuk kembali memikirkan bagaimana kelak saya berwisata, apakah kita masih bisa tetap melihat keindahan alam ini? Di tahun lalu juga kita saksikan beberapa kejadian seperti kebakaran hutan di beberapa daerah hingga yang cukup terbesar di Amazon dan Australia, tahun ini bumi mulai bernafas, tentu saja bumi tetap mengalami krisis alam. Para aktivitis mungkin saat ini terus berpikir, bagaiman cara orang-orang setelah pandemi ini akan terus sadar tentang krisis alam? Terutama traveler, apakah traveler atau pelancong ini sudah cukup sadarkah dengan menjaga lingkungan?

Menjadi traveler bijak

Semalam saya berbincang dengan kak Gemala Hanafiah, seorang traveler content creator dan juga seorang surfer, kita banyak sekali membahas tentang indahnya laut Indonesia, beberapa spot surfing, bahkan beruntung, di Indonesia bisa merasakan surfing di sungai. Ya bahkan orang dari luar negeri juga sudah tahu tentang hal itu.

Kita juga berbicara tentang perilaku pelancong dan warga lokal, sebagai pelancong, kelak setelah musim pandemi berakhir, kita akan bergerak kembali, pasti, mengingat beberapa musibah tak sengaja akibat kesalahan dalam berwisata, saya bertemu dengan team Earthpacking yang mengajak saya untuk menjadi host dalam acara mingguan mereka, saya bersedia karena hal ini sesuai dengan kehidupan saya yang menyukai jalan-jalan maupun alam. Kontribusi kita sebagai pelancong bukan saja menyumbang untuk ekonomi setempat, namun juga perilaku kita menjadi contoh, apalagi menjadikan itu sebagai konten, bagaimana jika kita memberikan contoh yang merusak lingkungan? atau bagaimana dengan membuat lelucon tentang budaya? Mungkin itu terlihat konyol namun berefek untuk keberlangsungan di masa depan.

Kak Al dan saya saling berbagi pengalaman tentang bagaimana masyarakat lokal tetap menjaga warisan budayanya, masih membutuhkan edukasi dan lainnya agar tetap lestari. Dengan kita berkunjung ke suatu tempat, tentu saja itu akan memberikan kesan tidak hanya untuk kita namun masyarakat setempat. Adanya musibah pandemi ini, memberikan kita semua waktu untuk mengenal kembali hidup kita, alam kita dan tujuan kita. Memang berat jika kita terbiasa dengan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tiba-tiba harus berdiam diri dalam waktu lama. Di kesempatan ini kita mungkin bisa berpikir kembali, mengenang kembali masa-masa indah saat berwisata dan kelak bisa menjadi lebih bijak saat melakukan perjalanan. Dari obrolan saya dan kak Al, kita sepakat ketika kita mengunjungi suatu daerah, kita harus sama-sama respect dan peduli terhadap alam, manusia, budaya dan semua isi bumi.

Kami pun bermimpi suatu hari nanti bisa melakukan ekspedisi surfing keliling Indonesia bersama surfer perempuan lainnya. Semoga pandemi ini segera berlalu.

Saya mengajak teman-teman untuk lebih peduli lagi untuk menjadi #travelerbijak bersama Earthpacking, jika ada pertanyaan boleh tanyakan ke hello@earthpacking.com

--

--

Puji Utami

Nomad, passionate about tech and product. An unusual woman who loves transforms something beautiful with yarn and her magic wand.